Kamis, 20 Desember 2018

Kajian Semantik Syair Tauhid Maman Nurzaman Romli

Asep Saeful Azhar

salah satu cuplikan Syair Tauhid anggitan Ust Maman Nurzaman Romli (dokumen pribadi)
I. Pendahuluan

Untuk mempelajari dan memahami hasil karya terutama bentuk karya Syair harus bermula pada pemahaman terhadap definisi, bentuk dan jenis syair, serta isi yang terkandung dalam syair tersebut sebagai pembelajaran yang inti.

Tauhid

Tauhid berasal dari kata wahhada yuwahhidu yang artinya satu. Secara syari mengandung artimengesakan Allah SWT. , sebagaimana dalam kalimat “Laailaaha llallah” yang artinya “tidak ada tuhan selain Allah”.Dan dalam pengamalannya terbagi menjadi tiga, yakni ; Tauhid rububiyahadalah bahwasanya Allah-lah satu-satunya pencipta dan pemelihara alam semesta bahwa Allah. Tauhid uluhiyahadalah bahwasanyya Allha-lah yang berhak disembahdan dimintai pertolongan. dan Tauhid Asma WasSifatadalah bahwasanya Allah-lah yang memiliki nama dan sifat yang telah ditetapkan atas-Nya yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-sunnah. Dan dalam kehidupan seorang yang memperhambakan diri kepada Allah haruslah mengamalkan  iman, islam dan ihsan dalam kehidupannya di dunia.

Syair

Syair merupakan bentuk puisi lamayang berasal dari kesusastraan Arab. Yang berasal dari bahasa Arab yakni Syu’ur yang artiya perasaan. Yang berubah bentuk katanya menjadi syi’ru yang artinya puisi dalam pengertian luas. Secara umum bentuk syair itu terdiri dari empat larik dan mempunyai delapan suku kata serta berakhiran a-a-a-a.

Dalam pengertian dan penggolongan puisi dalam kesusastraan Sunda, Sa’ir atau syair merupakan bagian dari jenis puisi lama atau tradisional. Dalam Teddi Muhtadin(Maryati Sastrawijata, 1995:45) menggolongkan jenis puisi Sunda yakni mantra, kakawihan barudak, sisindiran, sawér, pantun, gondang, sa’ir, pupujian, wawacan, babad, guguritan, dan wawangsalan. Sedangkan yang tergolong dalam puisi Modern yakni, sajak, drama puisi, gending karésmén, jemblungan, rumpaka kawih, dan rumpaka tembang cianjuran.

Syair mempunyai dua bentuk yakni Syair terikat dan syair bebas. Syair terikat adalah bentuk syair yang terikat oleh jumlah baris (larik) dan akhiran suku kata, sedangkan syair bebas merupakan bentuk syair yang tidak mempuyai kadiah atau pedoman khusus dalam penulisan dan pembacaannya.

Berdasarkan isi syair terbagi menjadi beberapa golongan, yakni Syair Panji, Syair Romantis, Syair Kiasan, Syair Sejarah, dan Syair Agama.Pertama, Syair Panji adalah syair yang menceritakan tentang kehidupan dalam istana atau keraton. Kedua, Syair Romantis adalah syair yang menceritakan tentang kisah-kisah percintaan atau cerita pelipur lara, hikayat bahkan dalam terdapat dalam hikayat. Ketiga,Syair Kiasan adalah syair yang menceritakan tentang kisah hewan atau binatang seperti burung, ikan, kupu-kupu, buah-buahan atau bunga. Keempat, syair sejarah adalah syair yang menceritakan kisah berdasarkan peristiwa sejarah. Kelima, Syair Agama adalah syair yang menceritakan yang bersangkut-paut dalam ajaran agama dan dalam penggolongannya terbagi menjadi beberapa bagian yakni syair sufi, syair nasihat, syair ajaran Islam, syair riwayat kisah nabi  dan di dalam syair basa sunda
Terdapat Pupujian.

Dan pada akhirnya, syair merupakan hasil pertautan budaya, terutama kesusastraan arab yang hidup di tanah melayu dan bermetamorfosa seirama dengan bahasa lokal. Seiring perjalanannya, syair merupakan tradisi di lingkungan pesantren. Karena keterikatannya dengan ajaran agama Islam.

Media Pembelajaran

Media adalah perantara, penghubung, alat (sarana) komunikasi sperti buku, koran, majalah, radio, televisi, internet dan yang lainnya. Secara umum media adalah perantara di antara dua pihak. Pembelajaran berasal dari kata belajar yang artinya adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi pembelajaran itu adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Media pembelajaran dalam dunia pendidikan sudah menjadi salah satu syarat dalam proses pencarian untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Begitupun hubungan media pembelajaran dengan Syair. Seperti definisi di atas, media itu dapat diartikan sebagai alat, dan bentuk alat itu adalah syair, sedangkan pembelajaran itu adalah isi yang terkandung dalam syair tersebut.

Ketika media pembelajaran dibentuk dijadikan sebagai suatu alat untuk mengetahui isi yang terkandung dalam suatu ilmu atau pengetahuan, maka disitulah ada cara-cara atau metode untuk memudahkan supaya mendapatkan sesuatu yang dikehendaki (tujuan). Dan cara-cara atau metode dalam media pembelajaran itu seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan akan terus bermetamorfosa menuju titik tolak yang dituju dengan berbagai bentuk dari berbagai sudut pandang. Maka akan sangat penting dalam membedah dan mengkaji ilmu dan nilai tauhid sebagai apresiasi terhadap titik tolak yang dituju dengan bentuk syair sebagai media pembelajarannya.  

II. Pembahasan

Struktur karya
Buku “Tauhid” bahasa Sunda dengan cara Syi’iran yang diperuntukkan sebagai bahan ajar kelas I dan II Diniyyah yang disusun oleh Ust. Maman Nurzaman Romli di Garut, 19 Oktober 1990 itu merupakan jenis buku berbentuk karya sastra (Syair) yang teradapat didalamnya materi:Rukun Agama, Rukun Islam, Rukun Iman, Sifat Gusti Allah, Iman ka Malaikat, Iman kana Kitab-kitab, Iman ka Para Rasul, Sifat Wajib, Mustahil di Rasul, Sifat Jaiz di Rasul, Iman kana poe Qiyamah, Iman kana Qodho jeung Qodar.

Selain dari pada itu, buku “Tauhid” ini pun bisa dibilang sagat tipis, tetapi syarat akan makna yang terkandung didalamnya berdasarkan materi yang tersaji di atas dengan jumlah sembilan halaman yang memuat seratus syair, yang masing-masing syairnya terdiri atas empat larik (baris) atau guru wilanganan  pada setiap lariknya dibangun delapan suku kata atau guru lagu yang berkahiran a-a-a-a, i-i-a-a, o-a-a-a, i-i-i-i, i-i-eu-eu,u-u-u-u dan u-u-a-a.

Berikut lampirannya:
a-a-a-a
Sadaya Rukun Agam -8a
Aya tilu sing uninga -8a
Hiji Iman dua Islam -8a
8aNomer katiluna Ihsan -8a
                                (Hal.8)

i-i-a-a
Sifat Alloh mun diwincik -8i
Aya tilu masing telik -8i
Sifat wajib kahijina -8a
Mustahil nu kaduana -8a
                                (Hal. 2)

o-a-a-a
Dalil yen Alloh teh baqo -8o
Alloh parantos ngandika -8a
Wayabqo wajhu robbika -8a
Langgeng pangeran andika -8a
                                                (hal. 3)

i-i-i-i
Qiyamuhu binafsihi -8i
Sifat nu wajib di gusti -8i
Alloh jumeneng ku anjeun -8eu
Hanteu aya anu nyieun -8eu
                                                (hal.3)

u-u-u-u
Riwayat ayat diluhur -8u
Wangkid Musa di gunung tur -8u
Anjeunna nampi pihatur -8u
Ti pangeran rabbun ghofur -8u
                                                (hal. 5)

u-u-a-a
Sifat wajib di rasul -8u
Hiji shidiq tara ruhul -8u
Shidiq pihartieunana -8a
Rsul bener salamina -8a
                                                (hal. 7)

Selain itu, terdapat pula sebagian larik yang tidak utuh mempunyai delapan suku kata atau guru lagu, memungkinkan penulis membuat kretaifitas dalam penyusunannya.berikut lampirannya:

ari sifat nomer opat -8a
Lihawadits mukholafat -8a
Hartina teh teu sarua -8a
Jeung makhluq teu sarua -7a
                                                (hal. 3)

Sruktur Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam buku Tauhid ini pun menggunakan bahasa Sunda sebagai media penuturnya dengan cara disyairkan dalam pengajarannya dan huruf yang dipakai dalam penulisannya menggunakan huruf latin. Berikut lampiran isinya:

I
RUKUN AGAMA :

Sadaya Rukun Agama
Aya tilu sing uninga
Hiji Iman dua Islam
Nomer katiluna Ihsan

Iman hartina percaya
Patekadan teu cangcaya
Ucap lampah teu sulaya
Jeung parentah anu Mulya

Islam hartina sumerah
Patuh tunduk sarta pasrah
Ngamalkeun Agama Alloh
Nu dicandak Rasululooh.

Ihsan pihartieunana
Ibadah sing sabenerna
Ngabakti sumujud nyembah
Lir ebreh ninggal ka Alloh

Najan urang teu tiasa
Ibadah sing sabenerna
Ngabakti sumujud nyembah
Lir ebereh ninggal ka Alloh
(Hal. 2)

*dilagukan dengan bentuk nadhom

Struktur Makna
Unsur semantik atau struktur makna dapat ditinjau dari pendekatan operasional yakni pendekatan yang dapat menentukan tepatnya makna sebuah kata, di dalam kalimat. Makna juga dapat ditinjaudari pendekatan analitik atau referensial, yakni pendekatan yang mencari esensi makna dengan cara menguraikannya atas unsure-unsur utama.

Menurut Palmer (1976), aspek makna dapat dipertimbangkan dari fungsi, dan dapat dibedakan atas :

Sense (pengertian)
Aspek makna pengertian ini dapat dicapai apabila antara pembicara/penulis dan kawan bicara berbahasa sama. Makna pengertian disebut juga tema, yang melibatkan ide atau pesan yang dimaksud.
Sense dalam buku “Tauhid” secara jelas diperuntukkan bagi seorang pembicara/penulis  muslim dan kawan bicaranya seorang muslim yang juga memahami bahasa Sunda sebagai penuturnya dengan maksud sudah saling memahami atau memberikan pembelajaran terkait ajaran agama Islam.

Feeling (perasaan)
Aspek makna perasaan berhubungan dengan sikap pembicara dengan situasi pembicaraan. Di dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan perasaan (misalnya sedih, panas, dingin, gembira, jengkel, gatal).

Feeling dalam buku “Tauhid” adanya makna sikap sosial antara penulis, buku dan pembaca yang mempunyai satu perasaan yang sama dalam agama.

Tone (nada)
Aspek makna nada adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara atau dikatakan pula sikap penyair atau penulis terhadap pembaca. Aspek makna nada ini melibatkan pembicara untuk memilih kata-kata yang sesuai dengan keadaan kawan bicara dan pembicara sendiri.

Tone dalam buku “Tauhid” ini murwakanti larawekas yang dipakai dalam setiap nada  yang berkahiran bunyi vokal.

Intension (tujuan)
Aspek makna tujuan ini adalah tujuan atau maksud, baik disadari ataupun tidak, akibat usaha dari peningkatan. Apa yang kita ungkapkan di dalam makna aspek tujuan memiliki tujuan tertentu.

Intensiondalam buku “Tauhid” sebagaimana yang ditulis secara jelas oleh penulisnya di dalam pendahuluan sebagai berikut:

TAUHID (KEIMANAN)
Tujuan:
  • Menanamkan keyakinan tentang Alloh
  • Mendidik anak agar cita kepada Alloh disertai rasa ta’at akan segala perintahnya.
  • Memberantas keyakinan yang menyimpang dari ajaran Islam (tauhid) yang sebenarnya, seperti khurofat dan tahayyul.
Metoda:
  • Bercerita tentang Rahman Rahimnya Alloh Swt. Keesaanya dan kekuasaanya.
  • Cerita orang-orang yang teguh imannya, seperti sahabat Bilal, serta sahabat nabi yang lainnya.
  • Menghapal Syi’iran yang berkenaan dengan Rukun Iman dan Ruku Islam
Tanya jawab.
Harapan-harapan
Bila ada kesalahan cetak atau kurang baik susunan dalam diktat ini, koreksi dan teguran dari peminat demi perbaikan selanjutnya.
                                                                                                                                (hal. 1)

III. Kesimpulan

Dalam setiap pengajaran tentang agama islam, dalam metode penyampaiannya dibolehkan dengan cara apapun selagi tidak ada dalil syar’i yang melarang, begitupun buku “Tauhid” karya Ust. Maman Nurzaman Romli ini memakai metode pengajaran ilmu tauhid dengan bentuk syair yang meruapakan hasil dari kebudayaan.

Antara penulis, karya dan pembaca sangat berkaitan erat dalam satu kebudayaan yang sama, yakni Islam sebagai agamanya, karya syair merupakan jenis puisi yanag mudah diberikan dalam pengajaran dan bahasa Sunda sebagai penuturnya.

Adapun didalam penyusunan dalam pembahasannaskah buku “Tauhid” ini, penulis merasakan ada banyak hal yang belum sempurna, sebagai tindak lanjut dari hasil pembahasan buku “Tauhid” ini semoga penulis dan para ikhwan semua bisa melanjutkan penelitian ke tingkat pembahasan yang lebih bagus dan ilmiah dikemudian hari ,atau bahkan diangkat ke judul skripsi sebagai apresiasi terhadap hasil buah pena ulama-ulama Persis yang telah banyak bertebaran pada lembaran-lembaran buku yang sarat akan ilmu.

Daftar Pustaka
Romli, Romli Nurzaman, 1990. Tauhid. Garut.
Djajasudarma, T. Fatimah. 2009. Semantik 1 Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung : Refika Aditama.
Muhtadin, Teddi. 2012. Makalah Seminar Internasional dan Pertemuan Penyair Nusantara. Jambi: Dewan Kesenian Jambi.



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar