Asep Saeful Azhar
salah satu cuplikan Syair Tauhid anggitan Ust Maman Nurzaman Romli (dokumen pribadi) |
I. Pendahuluan
Untuk mempelajari dan memahami hasil karya terutama
bentuk karya Syair harus bermula pada pemahaman terhadap definisi, bentuk dan
jenis syair, serta isi yang terkandung dalam syair tersebut sebagai
pembelajaran yang inti.
Tauhid
Tauhid berasal dari kata wahhada yuwahhidu yang artinya satu. Secara syari mengandung
artimengesakan Allah SWT. , sebagaimana dalam kalimat “Laailaaha llallah” yang artinya “tidak ada tuhan selain Allah”.Dan
dalam pengamalannya terbagi menjadi tiga, yakni ; Tauhid rububiyahadalah bahwasanya Allah-lah satu-satunya pencipta
dan pemelihara alam semesta bahwa Allah. Tauhid
uluhiyahadalah bahwasanyya Allha-lah yang berhak disembahdan dimintai
pertolongan. dan Tauhid Asma WasSifatadalah
bahwasanya Allah-lah yang memiliki nama dan sifat yang telah ditetapkan atas-Nya
yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-sunnah. Dan dalam kehidupan seorang yang
memperhambakan diri kepada Allah haruslah mengamalkan iman, islam dan ihsan dalam kehidupannya di
dunia.
Syair
Syair merupakan bentuk puisi lamayang berasal dari kesusastraan
Arab. Yang berasal dari bahasa Arab yakni Syu’ur
yang artiya perasaan. Yang berubah bentuk katanya menjadi syi’ru yang artinya puisi dalam pengertian luas. Secara umum bentuk
syair itu terdiri dari empat larik dan mempunyai delapan suku kata serta
berakhiran a-a-a-a.
Dalam pengertian dan penggolongan puisi dalam
kesusastraan Sunda, Sa’ir atau syair merupakan bagian dari jenis puisi lama
atau tradisional. Dalam Teddi Muhtadin(Maryati Sastrawijata, 1995:45) menggolongkan
jenis puisi Sunda yakni mantra, kakawihan
barudak, sisindiran, sawér, pantun, gondang, sa’ir, pupujian, wawacan, babad,
guguritan, dan wawangsalan. Sedangkan yang tergolong dalam puisi Modern
yakni, sajak, drama puisi, gending
karésmén, jemblungan, rumpaka kawih, dan rumpaka tembang cianjuran.
Syair mempunyai dua bentuk yakni Syair terikat dan syair
bebas. Syair terikat adalah bentuk syair yang terikat oleh jumlah baris (larik)
dan akhiran suku kata, sedangkan syair bebas merupakan bentuk syair yang tidak
mempuyai kadiah atau pedoman khusus dalam penulisan dan pembacaannya.
Berdasarkan isi syair terbagi menjadi beberapa golongan,
yakni Syair Panji, Syair Romantis, Syair Kiasan, Syair Sejarah, dan Syair
Agama.Pertama, Syair Panji adalah
syair yang menceritakan tentang kehidupan dalam istana atau keraton. Kedua, Syair Romantis adalah syair yang
menceritakan tentang kisah-kisah percintaan atau cerita pelipur lara, hikayat
bahkan dalam terdapat dalam hikayat. Ketiga,Syair
Kiasan adalah syair yang menceritakan tentang kisah hewan atau binatang seperti
burung, ikan, kupu-kupu, buah-buahan atau bunga. Keempat, syair sejarah adalah syair yang menceritakan kisah
berdasarkan peristiwa sejarah. Kelima,
Syair Agama adalah syair yang menceritakan yang bersangkut-paut dalam ajaran
agama dan dalam penggolongannya terbagi menjadi beberapa bagian yakni syair
sufi, syair nasihat, syair ajaran Islam, syair riwayat kisah nabi dan di dalam syair basa sunda
Terdapat Pupujian.
Dan pada akhirnya, syair merupakan hasil pertautan
budaya, terutama kesusastraan arab yang hidup di tanah melayu dan
bermetamorfosa seirama dengan bahasa lokal. Seiring perjalanannya, syair
merupakan tradisi di lingkungan pesantren. Karena keterikatannya dengan ajaran
agama Islam.
Media Pembelajaran
Media adalah perantara, penghubung, alat (sarana)
komunikasi sperti buku, koran, majalah, radio, televisi, internet dan yang
lainnya. Secara umum media adalah perantara di antara dua pihak. Pembelajaran berasal
dari kata belajar yang artinya adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Jadi pembelajaran itu adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar.
Media pembelajaran dalam dunia pendidikan sudah menjadi
salah satu syarat dalam proses pencarian untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Begitupun hubungan media pembelajaran dengan Syair. Seperti definisi di atas,
media itu dapat diartikan sebagai alat, dan bentuk alat itu adalah syair,
sedangkan pembelajaran itu adalah isi yang terkandung dalam syair tersebut.
Ketika media pembelajaran dibentuk dijadikan sebagai
suatu alat untuk mengetahui isi yang terkandung dalam suatu ilmu atau pengetahuan,
maka disitulah ada cara-cara atau metode untuk memudahkan supaya mendapatkan sesuatu
yang dikehendaki (tujuan). Dan cara-cara atau metode dalam media pembelajaran
itu seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan akan terus bermetamorfosa
menuju titik tolak yang dituju dengan berbagai bentuk dari berbagai sudut
pandang. Maka akan sangat penting dalam membedah dan mengkaji ilmu dan nilai tauhid
sebagai apresiasi terhadap titik tolak yang dituju dengan bentuk syair sebagai
media pembelajarannya.
II. Pembahasan
Struktur karya
Buku
“Tauhid” bahasa Sunda dengan cara Syi’iran yang
diperuntukkan sebagai bahan ajar kelas I dan II Diniyyah yang disusun oleh Ust.
Maman Nurzaman Romli di Garut, 19 Oktober 1990 itu merupakan jenis buku
berbentuk karya sastra (Syair) yang teradapat didalamnya materi:Rukun Agama, Rukun Islam, Rukun Iman, Sifat
Gusti Allah, Iman ka Malaikat, Iman kana Kitab-kitab, Iman ka Para Rasul, Sifat
Wajib, Mustahil di Rasul, Sifat Jaiz di Rasul, Iman kana poe Qiyamah, Iman kana
Qodho jeung Qodar.
Selain dari pada itu, buku “Tauhid” ini pun bisa dibilang
sagat tipis, tetapi syarat akan makna yang terkandung didalamnya berdasarkan
materi yang tersaji di atas dengan jumlah sembilan halaman yang memuat seratus
syair, yang masing-masing syairnya terdiri atas empat larik (baris) atau guru wilanganan pada setiap lariknya dibangun delapan suku
kata atau guru lagu yang berkahiran
a-a-a-a, i-i-a-a, o-a-a-a, i-i-i-i, i-i-eu-eu,u-u-u-u dan u-u-a-a.
Berikut lampirannya:
a-a-a-a
Sadaya Rukun Agam
-8a
Aya tilu sing
uninga -8a
Hiji Iman dua Islam
-8a
8aNomer katiluna
Ihsan -8a
(Hal.8)
i-i-a-a
Sifat Alloh mun
diwincik -8i
Aya tilu masing
telik -8i
Sifat wajib
kahijina -8a
Mustahil nu kaduana
-8a
(Hal.
2)
o-a-a-a
Dalil yen Alloh teh
baqo -8o
Alloh parantos
ngandika -8a
Wayabqo wajhu
robbika -8a
Langgeng pangeran
andika -8a
(hal.
3)
i-i-i-i
Qiyamuhu binafsihi
-8i
Sifat nu wajib di
gusti -8i
Alloh jumeneng ku
anjeun -8eu
Hanteu aya anu
nyieun -8eu
(hal.3)
u-u-u-u
Riwayat ayat
diluhur -8u
Wangkid Musa di
gunung tur -8u
Anjeunna nampi
pihatur -8u
Ti pangeran rabbun
ghofur -8u
(hal.
5)
u-u-a-a
Sifat wajib di
rasul -8u
Hiji shidiq tara
ruhul -8u
Shidiq
pihartieunana -8a
Rsul bener salamina
-8a
(hal.
7)
Selain itu, terdapat pula sebagian larik yang tidak utuh
mempunyai delapan suku kata atau guru
lagu, memungkinkan penulis membuat kretaifitas dalam penyusunannya.berikut
lampirannya:
ari sifat nomer
opat -8a
Lihawadits
mukholafat -8a
Hartina teh teu
sarua -8a
Jeung makhluq teu
sarua -7a
(hal.
3)
Sruktur Bahasa
Bahasa
yang digunakan dalam buku
Tauhid ini pun menggunakan bahasa Sunda sebagai media penuturnya dengan cara disyairkan dalam
pengajarannya dan huruf yang dipakai dalam penulisannya menggunakan huruf
latin. Berikut lampiran isinya:
I
RUKUN AGAMA :
Sadaya Rukun Agama
Aya tilu sing
uninga
Hiji Iman dua Islam
Nomer katiluna
Ihsan
Iman hartina
percaya
Patekadan teu
cangcaya
Ucap lampah teu
sulaya
Jeung parentah anu
Mulya
Islam hartina sumerah
Patuh tunduk sarta
pasrah
Ngamalkeun Agama
Alloh
Nu dicandak
Rasululooh.
Ihsan pihartieunana
Ibadah sing
sabenerna
Ngabakti sumujud
nyembah
Lir ebreh ninggal
ka Alloh
Najan urang teu
tiasa
Ibadah sing
sabenerna
Ngabakti sumujud
nyembah
Lir ebereh ninggal
ka Alloh
(Hal. 2)
*dilagukan dengan
bentuk nadhom
Struktur Makna
Unsur semantik atau struktur makna
dapat ditinjau dari pendekatan operasional yakni pendekatan yang dapat
menentukan tepatnya makna sebuah kata, di dalam kalimat. Makna juga dapat ditinjaudari
pendekatan analitik atau referensial, yakni pendekatan yang mencari esensi
makna dengan cara menguraikannya atas unsure-unsur utama.
Menurut Palmer (1976), aspek makna dapat
dipertimbangkan dari fungsi, dan dapat dibedakan atas :
Sense (pengertian)
Aspek
makna pengertian ini dapat dicapai apabila antara pembicara/penulis dan kawan
bicara berbahasa sama. Makna pengertian disebut juga tema, yang melibatkan ide
atau pesan yang dimaksud.
Sense dalam buku “Tauhid” secara jelas diperuntukkan bagi seorang
pembicara/penulis muslim dan kawan
bicaranya seorang muslim yang juga memahami bahasa Sunda sebagai penuturnya
dengan maksud sudah saling memahami atau memberikan pembelajaran terkait ajaran
agama Islam.
Feeling (perasaan)
Aspek
makna perasaan berhubungan dengan sikap pembicara dengan situasi pembicaraan.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan perasaan
(misalnya sedih, panas, dingin, gembira, jengkel, gatal).
Feeling dalam buku “Tauhid” adanya makna sikap sosial antara penulis,
buku dan pembaca yang mempunyai satu perasaan yang sama dalam agama.
Tone (nada)
Aspek
makna nada adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara atau dikatakan pula
sikap penyair atau penulis terhadap pembaca. Aspek makna nada ini melibatkan
pembicara untuk memilih kata-kata yang sesuai dengan keadaan kawan bicara dan
pembicara sendiri.
Tone dalam buku “Tauhid” ini murwakanti larawekas yang dipakai
dalam setiap nada yang berkahiran bunyi
vokal.
Intension (tujuan)
Aspek
makna tujuan ini adalah tujuan atau maksud, baik disadari ataupun tidak, akibat
usaha dari peningkatan. Apa yang kita ungkapkan di dalam makna aspek tujuan
memiliki tujuan tertentu.
Intensiondalam buku “Tauhid”
sebagaimana yang ditulis secara jelas oleh penulisnya di dalam pendahuluan sebagai
berikut:
TAUHID (KEIMANAN)
Tujuan:
- Menanamkan keyakinan tentang Alloh
- Mendidik anak agar cita kepada Alloh disertai rasa ta’at akan segala perintahnya.
- Memberantas keyakinan yang menyimpang dari ajaran Islam (tauhid) yang sebenarnya, seperti khurofat dan tahayyul.
Metoda:
- Bercerita tentang Rahman Rahimnya Alloh Swt. Keesaanya dan kekuasaanya.
- Cerita orang-orang yang teguh imannya, seperti sahabat Bilal, serta sahabat nabi yang lainnya.
- Menghapal Syi’iran yang berkenaan dengan Rukun Iman dan Ruku Islam
Tanya jawab.
Harapan-harapan
Bila ada kesalahan cetak atau kurang baik susunan dalam
diktat ini, koreksi dan teguran dari peminat demi perbaikan selanjutnya.
(hal.
1)
III. Kesimpulan
Dalam setiap pengajaran tentang agama islam, dalam metode
penyampaiannya dibolehkan dengan cara apapun selagi tidak ada dalil syar’i yang
melarang, begitupun buku “Tauhid” karya Ust. Maman Nurzaman Romli ini memakai
metode pengajaran ilmu tauhid dengan bentuk syair yang meruapakan hasil dari
kebudayaan.
Antara penulis, karya dan pembaca sangat berkaitan erat
dalam satu kebudayaan yang sama, yakni Islam sebagai agamanya, karya syair
merupakan jenis puisi yanag mudah diberikan dalam pengajaran dan bahasa Sunda
sebagai penuturnya.
Adapun didalam penyusunan dalam pembahasannaskah buku “Tauhid”
ini, penulis merasakan ada banyak hal yang belum sempurna, sebagai tindak
lanjut dari hasil pembahasan buku “Tauhid” ini semoga penulis dan para ikhwan
semua bisa melanjutkan penelitian ke tingkat pembahasan yang lebih bagus dan
ilmiah dikemudian hari ,atau bahkan diangkat ke judul skripsi sebagai apresiasi
terhadap hasil buah pena ulama-ulama Persis yang telah banyak bertebaran pada
lembaran-lembaran buku yang sarat akan ilmu.
Daftar Pustaka
Romli,
Romli Nurzaman, 1990. Tauhid. Garut.
Muhtadin, Teddi. 2012. Makalah Seminar Internasional dan Pertemuan Penyair Nusantara. Jambi:
Dewan Kesenian Jambi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar