Kamis, 20 Desember 2018

Sastra di Media Massa Persatuan Islam


Aldy Istanzia Wiguna

(Majalah Pembela Islam edisi 14 yang memuat sajak Sadarlah karangan Pak Nasbiroe)


MEDIA MASSA PERSATUAN ISLAM

Persatuan Islam sebagai organisasi massa Islam didirikan pada tanggal 12 September 1923 di kota Bandung. Berawal dari kenduri yang biasa dilakukan oleh para pedagang asal Palembang yang dimotori oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus. Pergerakan organisasi Persatuan Islam mulai mendapatkan perhatian masyarakat pada tahun 1926 ketika Ahmad Hassan seorang laki-laki dari Singapura yang tengah belajar tenun masuk dan menjadi anggota Persatuan Islam. Lewat tangan dingin Ahmad Hassan inilah, kelak Persatuan Islam dapat mengeluarkan tajinya sebagai organisasi massa yang teguh dan kukuh memberantas persoalan bid’ah, khurafat dan takhayul melalui perdebatan baik di media massa maupun secara langsung. Dalam perjalanan sejarahnya, kita bisa mencatat bahwasannya Persatuan Islam memiliki beberapa media massa yang cukup berpengaruh pada massa itu seperti majalah Pembela Islam (1929), Al-Fatwa (1931), Al-Lisaan (1932), At-Taqwa (1930), Aliran Islam (1948), Al-Muslimun (1954), Himayatul Islam (1956), Hujjatul Islam (1956), dan Risalah (1962).

SAJAK ‘SADARLAH’ DI MAJALAH PEMBELA ISLAM

Di edisi ke 14 majalah Pembela Islam terdapat satu rubrik istimewa yang isinya adalah sebuah sajak yang dikirim seseorang bernama Nasbiroe. Sajak tersebut berjudul Sadarlah. Sebuah sajak yang mengisahkan tentang penghinaan terhadap agama Islam yang dilakukan oleh gerakan-gerakan anti Islam di masa kolonialisme. Seperti Budi Utomo, Siti Soemandari dan sebagainya. Sajak yang memiliki pola syair ini ditujukan kepada segenap kaum muslimin untuk membangkitkan ghirah mereka dalam memperjuangkan dinul Islam. Sajak ini sarat dengan nilai-nilai patriotik juga kesadaran khas kaum modernis dalam memperjuangkan izzul Islam wal muslimin. Sajak ini bisa jadi sebuah pijakan awal untuk menelusuri jejak kebudayaan terkhusus kesusastraan awal dalam perjalanan Persatuan Islam. Meski penulis sajak ini masih dipertanyakan, sajak ini tetap memberikan gambaran sederhana tentang rubrik kebudayaan dalam majalah tertua di Persatuan Islam ini.

RUBRIK HIKAYAT DI MAJALAH QUDWAH

Majalah Qudwah merupakan majalah yang dikelola secara mandiri oleh kader-kader Persatuan Islam. Majalah ini dikelola oleh Ust Utsman Sholehuddin (alm) di bawah Pesantren Tahdzibul Wasiyyah yang dipimpinnya. Majalah ini memiliki ragam rubrik di dalamnya. Seperti rubrik Al-Ihda, Suara Ikhwan, Al-Qur’an (Tafsir, Ayatul Ahkam, Ulumul Qur’an), Al-Fiqh (Fiqh Ibadah dan Fiqh Muamalah), Al-Masail (yang diisi Majelis Muthalaah Dewan Asatidz Tahdzibul Washiyyah), Al-Hadits (Syahrul Hadits, Hadits Dhoif, Ulumul Hadits), Ta’bir (Hikayat, Al-Amtsal, Fiqhus Shirah, Fadhilus Shahabah), Mimbar Jum’at, Al-Akhlaq, Al-Matsailul Muta’aridhah, dan rubrik Aqidah. Rubrik sastra di majalah Al-Qudwah ini terkenal dengan rubrik Hikayat yang terdapat di dalam rubrik Ta’bir. Rubrik Hikayat ini biasa diisi oleh Ust Utsman Sholehuddin (alm) dengan serial Saur Mama-nya yang terkenal. Belakangan, serial Saur Mama yang termaktub dalam rubrik Hikayat ini dibukukan dalam dua buku serial yang diberi judul Saur Mama (Hikayat Dongeng Basa Sunda).

RUBRIK SILOKA DI MAJALAH DHUHA

Majalah Dhuha merupakan majalah yang dikelola secara mandiri oleh kader-kader Persatuan Islam. Didirikan oleh Yayasan Dhuha dengan ketua H. Domiri Suramiharja majalah berbahasa Sunda ini memiliki ragam rubrik di dalamnya. Seperti rubrik fiqih siyasah, sambung layang, handaru lulurung kalbu, makolah, aqidah, fiqih ibadah, ahlak, fiqhud da’wah, hadis, ghazwul fikri, kingkilaban, siloka, tareh lenyepaneun, sifaf salat Nabi, alam Islami, tafsir dan fiqih muamalah. Pengisi di majalah Dhuha yang paling terkenal adalah kakak beradik yang duduk di Dewan Hisbah PP Persis yakni Ust Utsman Sholehuddin (alm) dan Ust Zae Nandang. Selain mereka berdua ada juga Ust Ikin Sodikin, Ust Deddy Rahman dan Ust Amien Muchtar. Rubrik sastra di majalah Dhuha ini terkenal dengan nama Siloka. Rubrik ini diisi oleh Ust Utsman Sholehuddin (alm) dengan serial Saur Mama-nya dengan Kai Sahamah, Kai Adma, Kai Atam dan Mama Ajengan sebagai tokoh legendarisnya. Selain Ust Utsman Sholehuddin, ada juga Ust Abdurrahim Lutfi yang turut mengisi rubrik siloka ini dengan dongeng atau carpon khasnya juga.

SASTRA DI MEDIA DARING PERSIS

Selain di majalah, geliat sastra pun bisa disimak melalui media daring (online) yang dikelola baik oleh kominfo PP Persis melalui website persis.or,id dengan menurunkan sajak karangan Ali Muhtadin, alumnus Pesantren Persis Bangil. Selain, di website resmi, beberapa website yang dikelola oleh kader Persatuan Islam seperti website sigabah yang dikelola oleh Ustadz Amien Muchtar (anggota Dewan Hisbah PP Persis) beserta murid-muridnya ini pun menurunkan satu rubrik khusus terkait sastra. Rubrik tersebut pada awalnya dikelola oleh Hilman Indrawan, penggagas komunitas menulis Madrasah Pena. Di rubrik tersebut tercatat beberapa kader muda Persatuan Islam pernah mempublikasikan karya sastranya baik cerita pendek, puisi maupun essay sastra seperti Muslim Nugraha, M Ridwan Nurrohman, Hilman Indrawan dan saya sendiri. Tak hanya di persis.or.id atau sigabah, rubrik sastra pun bisa ditemui di website savana post. Sebuah website yang dikelola oleh kawan-kawan muda dari STAI Persis Bandung yang dimotori oleh Ridwan Rustandi, Ustadz Rosihan Fahmi dan Nurdin Abdul Aziz.

AKHIRAN

Demikian paparan singkat mengenai jejak kebudayaan (kesusastraan) dalam majalah-majalah yang dikelola di lingkungan Persatuan Islam. Kehadiran rubrik sastra di beberapa media baik cetak maupun daring ini membuktikan bahwa kesusastraan bisa menjadi semacam alternatif dakwah untuk menyampaikan pesan-pesan Ilahiyah berdasarkan tuntunan Qur’an dan Sunnah. Kehadiran karya-karya sastra ini paling tidak bisa mematahkan anggapan terkait Persatuan Islam yang antipati terhadap bidang kebudayaan. Dan semoga kehadiran rubrik-rubrik kesusastraan dalam media massa baik cetak maupun daring yang dikelola oleh jam’iyyah maupun kader-kader Persatuan Islam bisa dijadikan sebagai landasan dalam menghadapi tantangan dakwah di era global demi mewujudkan visi misi Persatuan Islam yang sasora, sausaha, sarasa dan sapamikiran dalam memperjuangkan izzul Islam wal muslimin. Wallahu a’lam bish shawwab.****

Daftar Pustaka :

  • Majalah Pembela Islam edisi 14
  • Majalah Al-Qudwah
  • Majalah Dhuha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar