Aldy Istanzia Wiguna
(Majalah Pembela Islam edisi 14 yang memuat sajak Sadarlah karangan Pak Nasbiroe) |
MEDIA MASSA PERSATUAN ISLAM
Persatuan Islam sebagai
organisasi massa Islam didirikan pada tanggal 12 September 1923 di kota
Bandung. Berawal dari kenduri yang biasa dilakukan oleh para pedagang asal Palembang
yang dimotori oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus. Pergerakan organisasi
Persatuan Islam mulai mendapatkan perhatian masyarakat pada tahun 1926 ketika
Ahmad Hassan seorang laki-laki dari Singapura yang tengah belajar tenun masuk
dan menjadi anggota Persatuan Islam. Lewat tangan dingin Ahmad Hassan inilah,
kelak Persatuan Islam dapat mengeluarkan tajinya sebagai organisasi massa yang
teguh dan kukuh memberantas persoalan bid’ah, khurafat dan takhayul melalui
perdebatan baik di media massa maupun secara langsung. Dalam perjalanan
sejarahnya, kita bisa mencatat bahwasannya Persatuan Islam memiliki beberapa
media massa yang cukup berpengaruh pada massa itu seperti majalah Pembela Islam
(1929), Al-Fatwa (1931), Al-Lisaan (1932), At-Taqwa (1930), Aliran Islam
(1948), Al-Muslimun (1954), Himayatul Islam (1956), Hujjatul Islam (1956), dan
Risalah (1962).
SAJAK ‘SADARLAH’ DI MAJALAH PEMBELA ISLAM
Di edisi ke 14 majalah
Pembela Islam terdapat satu rubrik istimewa yang isinya adalah sebuah sajak
yang dikirim seseorang bernama Nasbiroe. Sajak tersebut berjudul Sadarlah.
Sebuah sajak yang mengisahkan tentang penghinaan terhadap agama Islam yang
dilakukan oleh gerakan-gerakan anti Islam di masa kolonialisme. Seperti Budi
Utomo, Siti Soemandari dan sebagainya. Sajak yang memiliki pola syair ini
ditujukan kepada segenap kaum muslimin untuk membangkitkan ghirah mereka dalam
memperjuangkan dinul Islam. Sajak ini sarat dengan nilai-nilai patriotik juga
kesadaran khas kaum modernis dalam memperjuangkan izzul Islam wal muslimin.
Sajak ini bisa jadi sebuah pijakan awal untuk menelusuri jejak kebudayaan
terkhusus kesusastraan awal dalam perjalanan Persatuan Islam. Meski penulis
sajak ini masih dipertanyakan, sajak ini tetap memberikan gambaran sederhana
tentang rubrik kebudayaan dalam majalah tertua di Persatuan Islam ini.
RUBRIK HIKAYAT DI MAJALAH QUDWAH
Majalah Qudwah merupakan
majalah yang dikelola secara mandiri oleh kader-kader Persatuan Islam. Majalah
ini dikelola oleh Ust Utsman Sholehuddin (alm) di bawah Pesantren Tahdzibul
Wasiyyah yang dipimpinnya. Majalah ini memiliki ragam rubrik di dalamnya.
Seperti rubrik Al-Ihda, Suara Ikhwan, Al-Qur’an
(Tafsir, Ayatul Ahkam, Ulumul Qur’an), Al-Fiqh (Fiqh Ibadah dan
Fiqh Muamalah), Al-Masail (yang diisi Majelis Muthalaah Dewan
Asatidz Tahdzibul Washiyyah), Al-Hadits (Syahrul Hadits, Hadits
Dhoif, Ulumul Hadits), Ta’bir (Hikayat, Al-Amtsal, Fiqhus Shirah,
Fadhilus Shahabah), Mimbar Jum’at, Al-Akhlaq,
Al-Matsailul Muta’aridhah, dan rubrik Aqidah. Rubrik
sastra di majalah Al-Qudwah ini terkenal dengan rubrik Hikayat
yang terdapat di dalam rubrik Ta’bir. Rubrik Hikayat ini biasa
diisi oleh Ust Utsman Sholehuddin (alm) dengan serial Saur Mama-nya yang
terkenal. Belakangan, serial Saur Mama yang termaktub dalam rubrik Hikayat ini
dibukukan dalam dua buku serial yang diberi judul Saur Mama (Hikayat Dongeng
Basa Sunda).
RUBRIK SILOKA DI MAJALAH DHUHA
Majalah Dhuha merupakan
majalah yang dikelola secara mandiri oleh kader-kader Persatuan Islam.
Didirikan oleh Yayasan Dhuha dengan ketua H. Domiri Suramiharja majalah
berbahasa Sunda ini memiliki ragam rubrik di dalamnya. Seperti rubrik fiqih
siyasah, sambung layang, handaru lulurung kalbu,
makolah, aqidah, fiqih ibadah, ahlak,
fiqhud da’wah, hadis, ghazwul fikri, kingkilaban,
siloka, tareh lenyepaneun, sifaf salat Nabi,
alam Islami, tafsir dan fiqih muamalah.
Pengisi di majalah Dhuha yang paling terkenal adalah kakak beradik yang duduk
di Dewan Hisbah PP Persis yakni Ust Utsman Sholehuddin (alm) dan Ust Zae Nandang.
Selain mereka berdua ada juga Ust Ikin Sodikin, Ust Deddy Rahman dan Ust Amien
Muchtar. Rubrik sastra di majalah Dhuha ini terkenal dengan nama Siloka. Rubrik
ini diisi oleh Ust Utsman Sholehuddin (alm) dengan serial Saur Mama-nya dengan
Kai Sahamah, Kai Adma, Kai Atam dan Mama Ajengan sebagai tokoh legendarisnya.
Selain Ust Utsman Sholehuddin, ada juga Ust Abdurrahim Lutfi yang turut mengisi
rubrik siloka ini dengan dongeng atau carpon khasnya juga.
SASTRA DI MEDIA DARING PERSIS
Selain di majalah, geliat
sastra pun bisa disimak melalui media daring (online) yang dikelola baik
oleh kominfo PP Persis melalui website persis.or,id dengan
menurunkan sajak karangan Ali Muhtadin, alumnus Pesantren Persis Bangil.
Selain, di website resmi, beberapa website yang dikelola oleh kader Persatuan
Islam seperti website sigabah yang dikelola oleh Ustadz Amien
Muchtar (anggota Dewan Hisbah PP Persis) beserta murid-muridnya ini pun
menurunkan satu rubrik khusus terkait sastra. Rubrik tersebut pada awalnya
dikelola oleh Hilman Indrawan, penggagas komunitas menulis Madrasah Pena. Di
rubrik tersebut tercatat beberapa kader muda Persatuan Islam pernah
mempublikasikan karya sastranya baik cerita pendek, puisi maupun essay sastra
seperti Muslim Nugraha, M Ridwan Nurrohman, Hilman Indrawan dan saya sendiri. Tak
hanya di persis.or.id atau sigabah, rubrik sastra
pun bisa ditemui di website savana post. Sebuah website yang dikelola oleh
kawan-kawan muda dari STAI Persis Bandung yang dimotori oleh Ridwan Rustandi,
Ustadz Rosihan Fahmi dan Nurdin Abdul Aziz.
AKHIRAN
Demikian paparan singkat
mengenai jejak kebudayaan (kesusastraan) dalam majalah-majalah yang dikelola di
lingkungan Persatuan Islam. Kehadiran rubrik sastra di beberapa media baik
cetak maupun daring ini membuktikan bahwa kesusastraan bisa menjadi semacam alternatif
dakwah untuk menyampaikan pesan-pesan Ilahiyah berdasarkan tuntunan Qur’an dan
Sunnah. Kehadiran karya-karya sastra ini paling tidak bisa mematahkan anggapan
terkait Persatuan Islam yang antipati terhadap bidang kebudayaan. Dan semoga
kehadiran rubrik-rubrik kesusastraan dalam media massa baik cetak maupun daring
yang dikelola oleh jam’iyyah maupun kader-kader Persatuan Islam bisa dijadikan
sebagai landasan dalam menghadapi tantangan dakwah di era global demi
mewujudkan visi misi Persatuan Islam yang sasora,
sausaha, sarasa dan sapamikiran dalam
memperjuangkan izzul Islam wal muslimin. Wallahu
a’lam bish shawwab.****
Daftar Pustaka :
- Majalah Pembela Islam edisi 14
- Majalah Al-Qudwah
- Majalah Dhuha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar